Kamis, 31 Januari 2013

Sandwich van Java ala Mbah Carik

Sejujurnya saya malu baru ngeposting ini sekarang. 3 tahun lebih tinggal di jalan kaliurang km.14,5 baru sekarang posting tentang jadah tempe. Sebagai warga negara bagian lereng gunung merapi saya merasa gagal...

Jadah tempe, sebagian orang menganggap ini adalah ikon makanan khas Kaliurang. Bisa saja disebut sebagai sandwich van java karena bentuknya memang mirip sandwich tapi ini tradisional banget pake jadah dan tempe. Salah satu jadah tempe yang cukup terkenal di Jogja adalah Jadah Tempe Mbah Carik. Lokasinya yang saya tahu di sepanjang jalan kaliurang ini ada 3, yang pertama di Kaliurang atas tepatnya di jl. Astomulyo Kaliurang, kemudian agak kebawah dikit dekat dengan tempat saya tinggal di jl. Kaliurang km.15 Utara Simpang Degolan dan yang paling bawah di jl. Kaliurang km.12.

Kalau pas main ke Kaliurang atas boleh mampir ke cabang Jl. Astomulyo, disana bisa melihat pemandangan gunung Merapi dari dekat sembari minum teh poci gula batu yang nasgitel dan jadah tempe. Jadahnya sendiri terbuat dari ketan yang dimasak dengan beberapa bumbu kemudian dibentuk menjadi pipih lonjong. Tempenya berupa tempe bacem yang rasanya dominan manis. Istimewanya jadah tempe ini justru ada pada dua buah komposisi yang sangat kontras, cita rasa tradisional yang unik antara padu padan kedua rasa jadah dan tempe ini bagaikan langit dan bumi. Jadah yang mempunyai tekstur kenyal, halus dan lembut ketika dikunyah berbanding terbalik dengan pasangannya tempe yang mempunyai tekstur kasar serta dominan rasa manis. Sensasi menggigit kedua jenis makanan ini benar-benar terasa padu.

Untuk proses pembuatan jadah tempe ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Prosesnya dimulai dengan merendam beras ketan yang akan diolah kurang lebih selama 3 jam, kemudian ditumbk sampai halus menyatu dengan parutan kelapa. Selanjutnya adonan jadah dikukus selama 2 jam kemudian setelah cukup matang jadah dibentuk lonjong dan sedikit pipih yang memang disesuaikan dengan bentuk dari tempe bacem sang pendamping. Sedangkan pasangannya si tempe bacem dibuat melalui perendaman air gula kelapa/gula jawa dan kecap manis. Proses untuk pembaceman tempe tidaklah singkat, dimulai waktu sore hari dan berakhir esok paginya supaya manisnya benar-benar meresap ke seluruh penjuru tempe. Disamping itu, keistimewaan jadah tempe mbah Carik terletak pada proses pengolahan tempe bacem tersebut. Dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dimasak dengan menggunakan tungku berbahan bakar kayu bakar.

Selain unik jadah tempe ini bisa didapatkan dengan harga yang cukup terjangkau, mereka menjual per paket. Kita bisa memilih jadah dengan tempe, jadah dengan tahu ataupun keduanya. Yang sering saya beli adalah paket 5 jadah dan 5 tempe seharga 8.000 (kalo nggak salah). Karena jadah tempe merupakan makanan basah maka tidak bisa bertahan lama hanya 2 hari saja, namun masih bisa untuk dijadikan oleh-oleh. Selain menjual jadah setiap cabang mbah carik juga menjual makanan dan cemilan yang juga bisa dijadikan oleh-oleh seperti Ampyang (gula kacang), rempeyek, wajik, dll.

Si putih jadah bersama si coklat tempe, pasangan serasi :")

Saya suka makan jadah tempe ini dengan cabe. Pas saja rasanya perpaduan gurih manis dan pedas. Cara makannya jangan sendiri-sendiri, tumpuk jadah dengan tempe kemudian baru dimakan.


Ngemil Ocha Pancake di Kawaii Sushi

Postingan kali ini bakal lebih singkat dibanding dengan posting sebelum-sebelumnya, mau belajar buat ujian blok terakhir soalnya. Just wish me have tons of luck fo tomorrow ya :)



Ceritanya pas lagi ngisi bensin di SPBU Lempuyangan saya tiba-tiba kepengen mampir ke Kawaii Sushi soalnya beberapa hari sebelumnya pernah selewat baca di timeline kalo disini ada ocha pancake yang kelihatannya menggoda. Saya gak begitu tertarik untuk makan sushinya, soalnya waktu itu pas habis makan di Sambel Bu Saring yang lokasinya memang masih di sekitar Stasiun Lempuyangan. Alamat lengkap Kawaii Sushi ini di Jl. K. Bambang Soeprapto No. 34 (SPBU Lempuyangan) Yogyakart.

Untuk menu sushiya memang beragam dan dijual dengan harga yang menurut saya murah, hanya belasan ribu saja untuk satu porsinya. Tapi sekali lagi saya tidak akan mereview sushinya karena tujuan saya kesini hanya karena pancake ocha. Penasaran akhirnya langsung aja pesan ocha pancake dengan topping buah kiwi dan ice cream vanilla.

Ocha pancake saya datang dengan 2 layers berukuran mini (pantas saja harganya murah hehehe) yang warnanya agak gelap. Awalnya saya pikir overcooked ternyata setelah saya coba nggak juga, tekstur pancakenya lembut dan manisnya pas. Toppingnya ada buah kiwi, ice cream vanilla dan caramel. Tapi yang bikin saya bingung ini pancake rasanya sama seperti pancake lainnya, maksud saya dengan nama "ocha" saya awalnya berfikir kalau pancake ini akan memberikan sensasi rasa ocha. Harga 10.000. Pretty cheap!
 Jika ada kesempatan lagi saya bakalan review sushinya juga. Katanya sih sushinya rasa Indonesia gitu.. See yaaaa *kiss* *kiss*

Nasi Briyani Ayam di Rempah Asia

Nasi Briyani atau sering juga disebut nasi biryani, nasi briyani, nasi briani, atau nasi beriani berasal dari India. Arti dari kata Briyani sendiri adalah goreng atau panggang. Beras yang digunakan untuk nasi briyani adalah beras basmati. Tekstur beras ini panjang dan lembut, sehingga menghasilkan nasi yang berbentuk sedikit lebih panjang dari nasi yang biasa dimasak dari beras di Indonesia seperti pandan wangi.

Beras basmati bentuknya lebih panjang daripada beras yang banyak beredar di Indonesia.
Nasi yang sudah masak dibumbui dengan rempah-rempah, sayuran dan daging. Dulunya beras digoreng dahulu dengan minyak samin hingga setengah matang baru kemudian direbus dengan rempah-rempah sampai matang. Biryani dibuat dari beras yang sudah direbus di panci terpisah. Setelah beras setengah matang, beras dicampur dengan bahan-bahan lain, ditutup rapat di dalam panci, dan dimasak hingga matang. Sebetulnya nasi Briyani ini sama seperti nasi minyak yang juga banyak terdapat di Indonesia, baik cara membuat dan bumbunya, perbedaannya hanya beras yang digunakan dan warna saja. Kalau nasi minyak dia agak putih, kalau nasi briyani warnanya kuning agak kemerahan.

Bagi yang suka dengan cita rasa masakan yang berempah maka akan suka dengan Nasi Briyani. Tetapi untuk yang tidak suka masakan dengan banyak rempah-rempah mungkin jenis masakan ini bukan favorit. Nasi Briyani biasanya disajikan dengan kuah kare isi potongan daging atau bisa juga dengan sayuran. Jika terbiasa makan nasi padang, nasi ini sangat cocok untuk di makan ditambah lagi dengan pilihan lauknya ayam dan kambing yang dimasak kari. Untuk menikmati menu Nasi Briyani di Jogja bisa mampir di Rempah Asia jl. Kaliurang km.5

Nasi Briyani ala Rempah Asia disajikan dengan kuah kari, ayam dan acar mentimun. Untuk nasinya sendiri disini teksturnya agak lengket satu sama lain, berbeda dengan yang pernah saya coba di Malaysia dan Singapore yang nasinya memang tidak lengket satu sama lain. Kuah karinya sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia, tidak terlalu banyak rempah-rempah yang digunakan. Sayang ayamnya agak alot padahal bumbu ayamnya cukup enak. Harga seporsi Nasi Briyani 16.000.
Nasi Briyani di Rempah Asia memang berbeda dengan beberapa tempat lain yang pernah saya coba. Disini bumbunya disesuaikan dengan lidah orang Indonesia sehingga rasanya tidak terlalu spicy. Sekedar sharing, di Singapura saya pernah mencoba menu ini dan sejauh ini masih menjadi Nasi Briyani dengan rasa yang paling enak yang pernah saya coba. Disana nasi Briyani sangat mudah didapatkan, hampir disemua kedai yang menjual masakan muslim menyediakan nasi Briyani. Harga nya berkisar antara SGD 5-6. Dari sisi porsi, banyak kalau menurut saya, lebih banyak dari nasi biasa kalau makan di Indonesia lah. Lokasinya ada di daerah Little India persisnya di deket bangjo pengkolan depan Mustafa. Disana nasi briyani disajikan pakai piring seng yang sebesar nampan, porsi nasinya banyak. Penyajiannya juga cukup unik  penjual meletakkan lauknya di tengah-tengah nasi. Jadi diatas piring kosong diletakkan nasi Briyani, kemudian lauk, terus ditutup dengan nasi lagi. Rempah-rempahnya pun sangat terasa.

Martabak Telor Bebek - Martabak Har

Siapa sangka kuliner martabak satu ini asal mulanya dari India. Martabak HAR adalah salah satu restaurant yang menyajikan menu kuliner khas MALABAR – INDIA, yang didirikan pada tahun 1947 di kota Palembang. “Martabak” Adalah sejenis makanan khas dari negeri India, yang dalam bahasa Arabnya berarti “Melipat”. Dan untuk pertama kalinya Kuliner khas India ini diperkenalkan di Negara Indonesia pada tahun 1930-an. “HAR”  adalah singkatan nama dari sang pendiri Restaurant,yaitu Hj Abdull Rozak seorang tokoh pengusaha  muslim yang sucses asal India. Tapi memang sudah lama bermukim di Palembang. Beliau meninggal tahun 2001. Dengan kuliner India yang memiliki rasa khas yang sangat bersahabat di lidah setiap pengunjung, Restaurant Martabak HAR  sudah membuka beberapa cabangnya di kota besar di Indonesia. Belum lama ini Martabak HAR membuka cabang di Jl. Gejayan seberang Dealer Kawasaki. Lengkap dengan foto alm eyang HAR.

Martabak berbahan dasar telur dan gandum ini makannya pakai kuah kare kambing yang ditambah irisan cabe dan cuka. Rasanya khas sekali makanan India terutama kuah karenya yang terasa sekali bumbu rempah-rempahnya. Kuah kare ini ditambah kentang yang ditumbuk dan sedikit potongan daging kambing untuk menambah citarasa. Untuk soal harga jangan dibandingkan dengan harga martabak telor biasa karena harga martabak disini memang cukup mahal. Satu porsi martabak telor bebek saya bayar dengan harga 17.000 dan itupun isinya memang benar-benar hanya telor bebek saja.

Kulit martabak digoreng dengan tingkat kematangan yang pas tidak terlalu gosong menghasilkan sensasi crispy yang sempurna.
Bumbu yang khas di Martabak HAR, sambil potong martabaknya cocolin ke bumbu kare ini.

RM Sabar Menanti

Berawal dari melihat liputan sebuah acara yang meliput tempat makan bernama RM Sabar Menanti yang katanya terkenal dengan lele dan sambalnya itu sayapun akhirnya mendatangi tempat ini. Lokasinya ada di Jl. Solo Km 11, Yogyakarta lalu cabangnya yang masih di Jl. Solo juga namun letaknya lebih dekat dengan kota, yakni sebelum flyover Janti jika kita dari arah kota. Dari namanya "Sabar Menanti" memang menunjukan kita harus bersabar untuk menikmati menu disini, bukan karena pelayanannya yang lama tetapi karena jaraknya yang memang cukup jauh dari pusat kota Jogja yakni di daerah Kalasan. Menempati bangunan yang cukup besar rumah makan ini hampir selalu ramai pengunjung terutama ketika jam makan siang datang. Yang makan disini kebanyakan adalah orang-orang yang sedang dalam perjalanan dari Jogja-Solo atau sebaliknya. Beberapa juga orang-orang yang bekerja didekat lokasi ini. 

Menu makanan disajikan dalam etalase panjang yang memuat banyak sekali ragam makanan lauk dan sayuran agar pengunjung bisa mengambil sendiri. Untuk menu lele dan ayam goreng bisa pesan terlebih dahulu agar ketika disajikan dalam keadaan panas. Saya sampai bingung saking banyaknya lauk disini dan semuanya terlihat enak-enak. Untuk nasinya kita bisa pilih nasi putih biasa dan nasi merah, wah sempurna sekali pikir saya karena semua serba ada disini.

Nasi merah menjadi alternatif pilihan bagi saya. Penggemar rasa pedas seperti saya pastinya tidak akan melewatkan sambel goreng krecek dan tumis cabe hijau yang begitu menggugah selera.
Sayur-sayuran yang dihidangkan untuk membuat pecel, kita bisa memilih jenis sayur yang kita suka. Yang spesial dari menu pecel disini yaitu beragamnya jenis sayuran ada kembang turi dan kecipir yang memang rasanya sangat enak jika dicampurkan dengan bumbu kacang pecel.
Mangut lele juga tersedia disini, lelenya cukup besar dengan kuah santan yang menggoda. Ikan lele di goreng/bakar terlebih dahulu lalu dimasukan ke dalam kuah santan dengan aneka rempah dan bumbu, menggugah selera makan siapapun yang melihatnya.
Penggemar sambal goreng krecek bakalan seneng banget makan disini karena disini self-service kita bisa mengambil krecek sebanyak mungkin semau kita.
Ini menu yang harus anda coba disini: Lele penyet. Lele digoreng sampai garing kemudian dipenyet bersama sambal yang aduhai mamamia rasanya sedep bangetttt..
Gak akan seru kalau makan lele penyet sendirian, jangan khawatir satu porsi lele penyet sudah termasuk lalapan berbagai macam sayuran.
Lalapannya bener-bener lengkap banget.
Beberapa lauk yang disediakan di etalase RM Sabar Menanti

Sate Pak Prapto

Sate Pak Prapto atau lebih populer dengan nama Sate Karang yang memang lokasinya berada di salah satu sisi lapangan Karang, Kotagede. Untuk saya yang tinggal di jl. Kaliurang butuh perjuangan khusus untuk mendapatkan sate yang cukup legendaris di kota Jogja ini karena harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Jangan dibayangkan tempatnya seperti warung sate Samirono atau Tambaksegaran, warung ini memang hanya warung tenda yang buka mulai petang. Belum menempati bangunan permanen, hanya berupa sebuah tenda yang cukup besar dan gerobak dorong khas penjual sate. Sangat sederhana namun biasanya selepas magrib warung sudah ramai dikunjungi oleh para pelanggannya. Suasana sederhana sangat kental ketika kita memasuki warung, anda tidak akan menemukan meja dan kursi disana hanya ada beberapa baris tikar untuk lesehan. Warung Sate Pak Prapto buka mulai sore hari jam 17.00-22.00.

Sate Karang ini awalnya didirikan oleh alm. Mbah Karyo pada tahun 1948, selaku generasi pertama kala itu Mbah Karyo berjualan sate dengan berkeliling menggunakan pikulan kayu. Setiap hari beliau berkeliling Kotagede untuk menjajakan satenya, jadi masih belum disebut sate Karang. Sekitar tahun 1955 beliau memutuskan untuk tidak lagi menjajakan sate dengan berkeliling dan mulai berjualan di pinggiran Lapangan Karang. Sejak saat itu nama Sate Karang muncul. Tahun 1980 usaha berjualan sate ini diteruskan oleh anaknya yaitu Pak Prapto. Namun semenjak Pak Prapto meninggal sampai sekarang warung sate ini dikelola oleh anaknya. Sebuah sejarah sate yang legendaris di Kotagede ini ternyata sudah menjadi bisnis turun temurun selama tiga generasi.

Yang membuat Sate Karang ini laris manis salah satunya adalah jenis satenya yang memang terbuat dari daging sapi yang dipilih bagian daging yang sudah dihilangkan ototnya sehingga ketika dipanggang menghasilkan tekstur daging yang lembut, empuk dan tidak alot. Selain itu pendamping sate sapi ini bukanlah nasi putih seperti pada umumnya, tetapi disajikan dengan lontong yang sudah dipotong kecil-kecil dan sayur lodeh. Jujur ini pertama kalinya saya makan sate dengan pendamping sayur lodeh, unik dan sedap memang. Keunikan lainnya adalah kita bisa memilih bumbu dari sate yang memang bercita rasa manis ini. Ada 3 pilihan sambal yang bisa dipilih: sambal kacang yang bercitarasa manis dan gurih, sambal kecap yang manis dan pedas dengan potongan cabe dan sambal kocor yang rasanya manis asam dan pedas. Yang terakhir mungkin baru kita dengar, sate kok pake sambel kocor? Ya sambel kocor ini adalah perpaduan dari racikan gula merah, garam, bawang merah, daun jeruk dan ketumbar ditambah dengan air sehingga mirip dengan kuah.

Sembari menunggu antrian kita bisa memesan minuman wedang poci ataupun wedang ronde. Wedang ronde adalah minuman khas Jogja, yang terdiri dari kolang-kaling, kacang sangrai, 2 atau 3 bola ronde kecil berwarna putih yang manis dan seduhan air dari ekstrak jahe parutan. Satu porsi sate berisi 10 tusuk harganya 20.000.

Satu porsi sate sapi dengan bumbu kacang dan sedikit tambahan kecap. Dagingnya benar-benar empuk dan tidak alot dibalut rasa gurih, dan manis bumbu kacang.. Bagi yang suka pedas coba tambahkan potongan cabe yang disediakan disana. Yumm...
Lontong kuah sayur lodeh, ada irisan tempe yang dipotong bentuk kotak-kotak kecil rasanya gurih berpadu sempurna dengan rasa satenya yang manis.
Semangkuk kecil wedang ronde ini sangat nikmat jika dinikmati sambil menunggu pesanan sate kita datang.

Rabu, 30 Januari 2013

Serafin Cafe

Ah, ini dia cafe-cafe yang patut dipersalahkan sama orang-orang yang lagi diet. Serafin! 
Jogja memang lagi bermunculan cafe yang menjual bermacam pastry, salah satunya Serafin ini yang lokasinya ada di Jalan Pakuningratan 40 Jogja. Tempatnya asyik dan bisa buat nongkrong berlama-lama. Interiornya juga eyecatching banget, didominasi oleh perabot kayu dan beberapa sofa warna-warni. Speciality menu disini adalah pasty, ada macem-macem mulai dari macaroon, croissant, muffin, eclairs, cupcake dan beberapa jenis cake yang lucu-lucu bikin ga tega buat makan. Dateng kesini kita langsung ke counternya buat pesen sekaligus bayar, jadi semi self-service gitu sistemnya.

Hello greentea lovers! Ini dia cupcake greentea yang saya lupa harganya berapa. Frosting greenteanya enak banget walaupun cake nya agak kurang berasa rasa greenteanya.
The famous Red Velvet cake yang cream cheesenya agak mending tebel daripada RVC ditempat lain. Warnanya pun gak begitu ngejreng.

Creme Brulee ini bisa didapatkan hanya dengan 10.000 rupiah saja. Happy tummy, saya suka sekali dengan dessert yang satu ini dan bisa dibilang di Serafin saya bisa dapetin this sweets dessert dengan harga yang paling murah dan rasa yang gak bikin eneg.
Red Velvet Cupcake. Tinggal lhebbb!! langsung habis karena hanya seukuran cupcake :D
 I forgot the name :))





Macaroons, Rainbow Cake dan Red Velvet Cake
Eiffel at Serafin :)
Nah ini dia yang saya sebut sempurna, creme brulee dan red velvet cake without crushed peanuts.

Artemy Italian Gelato

Sebelumnya saya sudah pernah mereview tempat ini Artemy Part I

Kunjungan saya kali ini buat nyobain menu gelatonya! YESS akhirnya review gelatonya juga :))
Habis dari postingan yang lalu gak sesuai judul deh, judulnya italian gelato malah pesennya pastry-nya aja...
Untuk gelatonya sebenarnya saya sudah sering mencoba berbagai varian rasa, cuma beberapa lupa saya foto atau saya foto kemudian entah kehapus atau hilang kemana. Jadi di Artemy punya sekitar 21 varian rasa Mulai dari rasa buah buahan seperti lemon, jeruk, melon, aneka jenis bery, rasa capuccino, coklat, oreo, gelato original, vanilla, cotton candy, dll. Nah saya yang memang suka coklat kali ini ingin mencoba tantangan baru (halah), mencoba varian yang tidak ada rasa coklatnya. Ya, akhirnya saya mencoba gelato dengan rasa cotton candy.

Satu scoop gelato seharga 10.000 tetapi jika membeli 2 scoop menjadi 17.500.
Selain gelatonya saya mencoba Red Velvet Cake yang juga sudah saya review di posting sebelum ini: Hunting RVC di Jogja

RVCnya recommended! satu slice harganya 25.000. Menurut saya porsinya kecil dan karena enak jadinya kurang deh :(
Tekstur cakenya moist dan cream cheesenya bener-bener padat, sayangnya cuma satu. Kurang banyak aja cream cheese nya, coba agak tebel pasti bakal belepotan kemana-mana :D

Hunting Red Velvet Cake di Jogja

Ini cake beberapa bulan terakhir emang lagi happening banget yaa.. Ada yang tau gak sih asal usul dari Red Velvet Cake? Kapan dan dimana Red Velvet Cake pertama kali dibuat? Sebenernya apa sih Red Velvet Cake ini? Kenapa Bisa Heboh? Kok bisa warnanya merah?

Banyak pastinya pertanyaan tentang cake merah yang satu ini. Nah untuk asal-usulnya bisa dilihat dari gambar berikut yang kebetulan saya temukan di situs yukmakan.com yukmakan.com 



Nah untuk yang banyak beredar saat ini Red Velvet Cake dibuat dalam berbagai macam bentuk ada yang berbentuk cupcake dengan frosting diatasnya, ada juga yang berbentuk layers of cake yang diberi frosting diantara layer dan dicovered dengan frosting lagi. Yang terbaru disajikan didalam jar kecil atau sering disebut jar cake.

Untuk warna ini sendiri sudah jelas warnanya yang kemerahan ini merupakan salah satu daya tarik utama. Warna merah dari Red Velvet Cake merupakan hasil reaksi dari bubuk coklat dengan asam dari buttermilk sehingga menghasilkan kue bewarna coklat agak kemerahan. Akan tetapi banyak juga yang menambahkan buah bit atau pewarna makanan merah kedalam adonan kuenya agar tampak lebih menarik warnanya dan lebih kemerahan. Kalau saya justru lebih suka RVC yang warnanya cenderung merah gelap atau ada kombinasi dengan bubuk coklatnya.

Berikut beberapa Red Velvet Cake yang pernah saya coba di Jogja:




1. Pastagio
Alamat: Jl. Ngelempong Lor Bl 1 No. 4 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

Bentuk: 1 slice cake dengan potongan yang (terlalu) besar terdiri dari 3 layer cake. Saya sendiri tidak habis karena memang porsinya besar.
Warna: Merah terang
Harga: Rp. 20.000
Frosting: Cream cheese
Tekstur: Moist enough tapi mudah hancur.
Sweetness: ok
Note: entahlah rasa cream cheesenya agak kurang mantap, but overall cakenya enak.

2. Artemy Italian Gelato
Alamat:  Jl. Kranggan No.58 Jogja.

Bentuk: 1 slice cake dengan potongan yang relatif kecil terdiri dari 3 layer cake.
Harga: Rp. 25.000
Frosting: Cream cheese
Tekstur: Moist enough dan padat.
Sweetness: ok
Note: salah satu the best RVC di Jogja, cream cheesenya dan moistnya cake pas.

3. Serafin Cafe
Alamat: Jl. Pakuningratan 40 Jogja

Bentuk: 1 slice cake dengan potongan yang cukup terdiri dari 3 layer cake.
Harga: Rp. 25.000
Frosting: Cream cheese with crushed peanut.
Tekstur: Moist enough dan padat.
Sweetness: ok
Notes: Jika anda penggemar cheese maka RVC disini patut dicoba, layer cake mereka tidak terlalu tebal justru cream cheesenya terlihat penuh mengisi. Kunjungan pertama saya mendapat RVC dengan frosting cream cheese with crushed peanuts yang menurut saya agak kurang cocok dengan taburan kacang diatasnya. Lebih enak hanya dengan cream cheese. Namun pada kunjungan kedua RVC mereka tidak lagi menggunakan crushed peanuts dan hanya frosting cream cheese saja.

Bentuk: Cupcake
Harga: Rp. 10.000
Frosting: Cream cheese.
Tekstur: Moist enough dan padat.
Sweetness: ok
Notes: Suka dengan warnanya yang tidak terlalu mencolok, sepertinya ada campuran dari bubuk coklat juga, klasik sekali warnanya. Rasanya hampir sama dengan yang slice red velvet hanya saja yang ini lebih kecil karena dalam bentuk cupcake. Cocok bagi yang tidak ingin terlalu kenyang atau ingin mencoba varian cake lain.


Masih banyak Red Velvet Cake bertebaran di Jogja dan saya tetap masih belum puas, hasil hunting Red Velvet Cake berikutnya akan pasti akan saya posting disini :*

Sugarush - Eats Meet Sweets

Masih di sekitaran jl. Braga kulineran saya lanjutkan ke Sugarush. Pertama kali lewat didepan cafe ini saya langsung excited banget, gak mau tau walaupun sebelumnya habis makan di The Kiosk tetep aja nafsu banget mau nyobain tempat makan ini. Braga adalah sebuah nama jalan di kota Bandung yang sebagian besar bangunannya masih berarsitektur lama. Banyak pengunjung yang datang tak hanya warga Bandung tetapi juga luar kota Bandung datang ke tempat ini untuk melihat bangunan tua nan klasik. Walaupun sering disebut dengan kota lama namun kuliner Braga tak kalah menarik, sederetan cafe dan tempat makan mulai dari yang klasik sampai yang modern ada semua disini. 

Pertama kali mendengar nama "Sugarush" yang terlintas di benak saya adalah sesuatu yang manis karena tersirat kata sugar didalamnya. Namun menurut sang pemilik mengaku awal pemberian nama Sugarush sama sekali tidak mengindentikkannya dengan segala sesuatu yang manis. Awalnya mereka hanya menggunakan nama Sugarush karena ada 3 unsur di dalamnya yaitu ear catching, menarik dan mudah diucapkan. Jadilah arti filosofis dibalik nama Sugarush yaitu seseorang yang kelebihan gula dan merasakan semacam euforia atau perasaan senang dan bahagia.What a sweet!

Yang menarik orang datang kesini (termasuk saya) adalah design interiornya yang menarik, mangambil tema klasik modern. Mereka menggunakan lampu klasik, dengan banyak pajangan kuno, tapi tetap ada sisi modernnya. Warna merah dominan dibagian depan (dan buku menu) ternyata sedikit dikurangi dengan dominan warna dinding hitam dan cream di bagian dalam. Dinding-dindingnya juga sangat cantik dengan beberapa tulisan dari kapur tulis dan lukisan orang yang menyerupai bayangan yang membuat saya terkagum-kagum, kreatif sekali. Kesan klasik Braga dibawa Sugarush dalam deretan lampu-lampu gantung klasik dengan beragam model di langit-langitnya dan juga beberapa lemari berisi patung-patung abstrak dan guci-guci klasik. Kesan modern ditampilkan Sugarush dalam bar yang diletakkan di bagian tengah ruangan dan beberapa lampu gantung di bagian ujung ruangan yang mirip seperti bunga kecubung.

Untuk menu yang ditawarkan tidak lagi klasik, mereka menjual menu makanan western mulai dari pasta, steak, dll. Namun karena sebelumnya saya sudah makan nasi saya tidak memesan main course nya, hanya beberapa dessert yang saya pesan. Untuk dessert merupakan salah satu andalan mereka. Ya, Sugarush menawarkan berbagai varian cake dengan berbagai rasa. Banyak menu-menu di Sugarush yang merupakan hasil kreasi dari Sugarush sendiri, seperti contohnya Afro Velvet yaitu cake yang mirip dengan Russian Black Velvet. Cake ini terdiri dari choco chips, oreo di bagian dalam, dan flavor kopi sehingga rasanya lebih kaya. Ada juga Ciao Tiramisu yaitu Cake Tiramisu yang disajikan dengan saos cream. Juga ada beberapa menu hasil modifikasi Sugarush seperti Rainbow Cake. Jika biasanya di tempat lain terdiri dari tujuh warna tapi kami hanya memiliki lima warna. Ada pula Mango Cheese Cake, yang merupakan hasil modifikasi dari Blueberry Cheese Cake. Namun saat saya datang tidak semua cake available, di etalase hanya tersaji red velvet cake, rainbow cake dan blueberry rainbow cake. Tak berfikir lama saya langsung memesan blueberry rainbow cake dan red velvetnya. 

 Blueberry Rainbow Cake Rp. 25.000/slice
Berbeda dengan rainbow cake di tempat lain di Sugarush hanya ada 5 layer cake warna warni dengan disetiap layernya dihubungkan dengan blueberry yang manis-manis asam. Pinggiran cake ini masih menggunakan frosting cream cheese. Untuk cake nya sendiri strukturnya tidak terlalu padat, jadi hampir mirip seperti kue bolu, tingkat kemanisan juga pas.

 Red Velvet Cake Rp. 25.000/slice
 The best Red Velvet ever! Favorit banget cake yang satu ini. Cakenya agak padat dan terdiri dari 3 layer dengan frosting cream cheese yang rasanya pas banget. Disuruh makan whole cake juga gak bakalan eneg kayakya saya.





The Kiosk Braga

Wisata kuliner adalah hal wajib jika kita singgah ke kota Kembang, namun karena memang banyak sekali tempat untuk memanjakan lidah kita dengan beragam kuliner disana dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menjelajah dari satu tempat makan ke tempat makan lainnya, belum lagi kita harus menembus kemacetan yang naudubillah kalo pas weekend dan hari libur. Di Bandung ada pujasera yang memang bukan sembarang pujasera, namanya The Kiosk. Kalau biasanya pujasera hanya sembarang memilih tenant untuk bergabung, tidak dengan The Kiosk. Mereka menghadirkan konsep yang sangat brilliant menurut saya. Tenant yang bergabung dengan mereka pun bukan sembarangan karena memang rata-rata mereka yang membuka cabang di The Kiosk merupakan tempat makan yang sudah terkenal kelezatannya. Pada awalnya The Kiosk didirikan dengan konsep untuk membantu para pedagang lima di Bandung. Dengan konsep inilah, The Kiosk mulai mengumpulkan para pedagang kaki lima di Bandung. Tentu untuk menarik konsumen, mereka masukan beberapa pedagang kaki lima yang sudah dikenal masyarakat.

Hampir seluruh makanan TOP di Bandung ada di The Kiosk, kita tidak perlu berjibaku dengan macet berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menikmati semua kuliner yang ada di Bandung. Bisa juga jadi alternatif ketika pergi dengan rombongan cukup besar karena biasanya selera makan seseorang tidak sama. Sesuai konsepnya, food market ini memang mengumpulkan sejumlah makanan kaki lima yang namanya mentereng di kancah kuliner Kota Kembang. Contohnya saja: Pisang Goreng Manalagi, Mie Kocok Kebon Jukut, Lotek n Rujak, Es Campur Sadewa, Mie Baso Pamoyanan, Batagor Mahmud, Pempek Rama, Baso Tahu Tegallega, Bakso Malang Cipaganti, Bubur Capitol Cabang Kasmin, Boga Rasa Cabang Cibadak, Gudeg Banda, Kupat Tahu Gempol, Ketan Bakar Lembang, Nasi Uduk Kuning Rames, Ronde Jahe Alkateri, Tahu Gejrot Cirebon, Sate Kambing Hidori, Sate Ayam Dulatip, Soto Sulung & Ayam Khas Madura, Kedai Penyet Khas JaTim, Nasi Bakar Cimandiri, Nasi Liwet dan Iga Bakar si Jangkung.

Oh ya yang saya suka dari The Kiosk ini adalah tempatnya didesain dengan sangat unik, setiap cabang tidak sama untuk design tempatnya dan tentu saja paling penting adalah nyaman dan bersih. Pantas saja banyak sekali cabangnya dan hampir semua cabang tersebut selalu ramai didatangi pecinta kuliner baik dari Bandung ataupun luar kota seperti saya.

Kali ini saya berkesempatan mengunjungi The Kiosk Braga yang lokasinya berada di Braga Citywalk. Jadi di tempat kuliner yang satu ini, Anda akan memiliki banyak variasi pilihan yang bermacam-macam. Harganya pun lumayan terjangkau. Untuk makanan Anda cukup merogoh kocek antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 25.000. Untuk minuman juga harganya terjangkau, paling mahal sekitar belasan ribu.

 
Menu pertama yang saya pesan adalah Nasi Bakar Cimandiri, untuk reviewnya bisa dibaca di postingan saya Nasi Bakar 15 Cimandiri

Nasi liwet yang satu ini berbeda dengan nasi liwet khas Solo, tak kalah Sunda juga punya nasi liwetnya sendiri. Nasi ini berasal dari beras yang dimasak dengan bumbu, rempah-rempah (bawang, daun salam, sereh), sedikit minyak makan, dan lauk pauk (biasanya ikan teri atau ikan jambal roti), dan sayuran sebagai lalap (ya, lalap adalah wajib bagi orang sunda). Nasi liwet dimasak dengan panci khusus di atas kompor kayu bakar. Karena dimasak dengan panci, maka ada kerak nasi yang tersisa di dasar panci. Rasa nasi liwet umumnya gurih seperti nasi uduk (tapi nasi liwet tidak pakai santan). Rasa gurih itu timbul karena paduan rempah-rempah, bumbu, dan ikan teri.


Saya berharap ada food market sejenis The Kiosk di Jogja yang mengumpulkan kuliner-kuliner enak di Jogja. Kan lumayan gak usah jauh-jauh ke Bantul jika ingin menikmati Sego Nggeneng ataupun Ayam Mbah Cemplung..

Mih Kocok Mang Dadeng

Kalo orang Jogja menyebut Mie ya "Mie" di Bandung mereka menyebutnya dengan sebutan "Mih" ya buat sebagian orang mih kocok adalah kuliner yan gwajib dikunjungi kalo lagi ke Bandung. Mie kuning yang dilengkapi dengan tauge dan, yang paling utama, potongan kikil dari kaki sapi. Salah satu mie kocok terkenal di Bandung adalah Mih Kocok Mang Dadeng yang berada di Jl. Ahmad Dahlan atau Jl. Banteng No.67 dekat dengan pasar buku Palasari atau samping RS Muhammadiyah. Nama Mih Kocok Mang Dadeng memang telah lama populer di Bandung karena sudah berdiri sejak 1958.

Yang membuat mih kocok Mang Dadeng dapat bertahan hingga sekarang adalah karena rasa mih kocoknya yang begitu istimewa, cita rasanya tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Sang pemilik memang mempunyai bumbu racikan khusus hingga mendapatkan rasa mih kocok yang benar-benar istimewa. Sang pemilik Mang Dadeng mengaku meracik 27 rempah-rempah untuk melezatkan mie kocoknya ini. Daun salam, serai, jahe, bawang putih, bawang merah, gula batu dan udang kering adalah beberapa macam bumbu dari 27 bumbu yang dicampurkan. Pantas saja jika cita rasa mih kocok buatan Mang Dadeng ini tersohor kemana-mana.

Keistimewaan lain dari mih kocok ini terletak pada potongan kikil dan sumsum. Kikil yang digunakan empuk,kenyal dan tebal. Untuk menu Mih Kocok Spesial, ditambahkan sumsum sapi dalam jumlah besar. Lupakan diet anda sejenak untuk menikmati kelezatan sumsum tulang daam mih kocok ini, benar-benar gurih dan nikmat rasanya. Untuk menambah kenikmatan dalam menyantap mie kocok ini, cobalah menyantapnya bersama kerupuk aci. Harga untuk seporsi Mih Kocok Biasa Rp18.000,-, sedangkan untuk Mih Kocok Spesial berharga Rp21.000. Selain menu mih kocok disini juga tersedia menu sop kaki sapi.

Rasa mih kocok ini bener-bener gurih dan emmang terasa sekali dibuat dari racikan banyak bumbu, bener - bener enaak. Sementara untuk mih sumsumnya, bedanya terletak pada sumsum yang ada dalam sajian mie, gak kalah gurih dan gak bikin eneg layaknya kalau kita makan sumsum. Rasa sumsumnya manis, mak legender! mantap! Setiap porsi mih disajikan juga dalam kuah yang bermerica. Favorit saya adalah mih kocok dengan perasan jeruk karena rasa kuahnya terasa lebih segar.

Cuanki Serayu

Pertama kali mendengar nama Cuanki yang terlintas di pikiran saya adalah masakan yang berasal dari China. Tidak ada bayangan kalau ternyata cuanki ini adalah semacam bakso, jadi ternyata cuanki itu ada singkatannya: Cari UAng jalan kaKI Karena dulunya para pedagang cuanki ini berjualan sambil memanggul dagangannya dengan berjalan kaki. Tapi di Cuanki Serayu jangan harap menemukan penjual bakso yang menggunakan gerobak gendong dan pedagangnya menjajakan keliling dengan berjalan kaki. Di Cuanki Serayu mereka tidak jalan kaki lagi dan sudah menempati bangunan semi permanen yang selalu ramai dengan pengunjung



Alamat Bakso Cuanki Serayu, yang terletak di jalan Serayu No. 2 Bandung masih disekitaran jl. R.E Martadinata (Riau). Sebaiknya tidak datang ketika jam makan siang karena tempat ini akan penuh sekali. Oh ya Cuanki Serayu buka mulai jam 11 siang sampai jam 8 malam.

Satu porsi Cuanki isinya ada baso kecil, siomay, tahu kering atau biasa disebut tahu goreng dan tahu putih. Rasa kuahnya endang bambang cyn! seger banget dan memang terdapat khas rasa bumbu micin (penyedap) tapi bisa kok kita request tanpa bumbu penyedap. Kuahnya ada campuran bumbu garam, seledri dan bawang goreng. Mirip bakwan kawi pikir saya. Yang suka pedes bisa tambahkan sambal.

Selain cuanki warung ini juga menjual menu batagor tapi saya tidak memesannya. Bagi yang ingin pesan per potong juga bisa, jadi kalian pilih saja jenis bakso yang kalian suka. Kalau saya karena memang pertama kali kesini jadi pesan menu paket saja biar bisa cobain semua jenis baksonya.


Suis Butcher Part II

Oke penggemar steak, ga afdol kalo ke Bandung gak mampir ke Suis Butcher..

Sebelumnya saya sudah pernah kesini bisa dibaca di Suis Butcher -- Steak House jadi disini gak usah saya jelasin panjang lebar deh istimewanya si Suis ini.. Kalo temen-temen main ke Bandung gak usah susah-susah nyari lokasi Suis Butcher karena cabangnya emang lumayan banyak. Kunjungan kedua ini saya mencoba mencicipi yang di cabang Jl. LLRE. Martadinata (Riau) No.201 Bandung 40114
Telp. 022-7205778 Fax.022-7231428. Untuk cabang yang ini lebih besar dari cabang Setiabudi, jadi setelah capek dan belanja di FO kita bisa memanjakan perut disini.

Kali ini menu yang saya pesan adalah Tenderloin Parmegiana, grill tenderloin steak dimasak dengan tingkat kematangan medium dengan taburan cheese yang sedikit melted diatasnya, potato wedges dan brokoli.
Kunjungan sebelumnya saya pernah memesan menu ini. Ya, saya memang jatuh hati dengan menu ini, walaupun berbeda cabang tetapi mereka masih menyajikan rasa dan kualitas yang sama. Daging steaknya tidak alot, tekstur yang masih juicy sangat lembut dan melted di mulut. Harganya sekitar 30an ribu.


Menu kedua yang saya coba adalah T-bone Steak. Dagingnya tidak tipis tetapi juga tidak tebal, dan warna coklat dengan sebagian garis hitam di bagian-bagiannya masih dengan tingkat kematangan medium. Disajikan dengan vegetables dan french fries. Tekstur dagingnya ketika dipotong memang tidak terlalu mudah hancur, pun ketika saya kunyah dagingnya tidak terlalu empuk tidak terlalu alot. Namun justru disana saya menemukan kenikmatan steak ini, semakin di kunyah semakin terasa nikmatnya daging lokal ala Suis Butcher. Harga seporsinya berkisar 40an ribu.